Panggilan untuk Meningkatkan Literasi Digital

Jakarta – Platform media sosial bernama TikTok yang dibuat oleh perusahaan teknologi bernama ByteDance telah menjadi aplikasi pilihan setiap harinya. Wajar, karena kemampuan dari aplikasi buatan China tersebut memungkinkan para penggunanya membuat video, menambah musik, menggunakan filter maupun efek, bahkan bisa untuk menambah penghasilan. Kita sendiri pasti mengamati pengaruh dari perusahaan besar tersebut yang memberikan berbagai dampak untuk ekonomi global.

Manusia akan hidup berdampingan dengan teknologi. Itulah ungkapan yang sering kita dengar, dan tidak bisa kita tolak. Teknologi berkembang pesat, dan dari perkembangan tersebut menciptakan perusahaan-perusahaan besar seperti TikTok yang mengubah cara kita berinteraksi dan berbagi informasi. Pada zaman menatap layar ini, manusia harus bisa eksis bersama dengan teknologi. Namun, hal ini memerlukan persiapan yang matang agar kita dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Pertanyaannya, seperti apa persiapan yang sudah kita lakukan untuk menghadapi era saat ini? Tentu, apapun tentang dunia kita ini, pasti akan kembali kepada pendidikan. Mereka yang mampu mempelajari dan beradaptasi dengan teknologi akan terus berkembang, menemukan peluang baru, dan berkontribusi pada inovasi. Sebaliknya, mereka yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi akan tersingkir dari arus utama kemajuan.

Ketidaksiapan dalam menghadapi teknologi dapat menyebabkan kesenjangan yang semakin lebar antara mereka yang terampil dengan mereka yang tidak.
Menjadikannya Cermin

Kita sering mendengar tentang algoritma. Hampir setiap aplikasi memiliki algoritmanya masing-masing untuk kebutuhan developer maupun user. Karena algoritma disebut sebagai dasar perangkat lunak yang membentuk kecerdasan sistem, informasi, pengembangan aplikasi itu sendiri, dan masih banyak lagi.

TikTok memiliki algoritma yang terbilang kuat; satu konten saja yang kita tonton dalam durasi tertentu mampu mengubah tampilan For Your Page (FYP) untuk konten yang akan datang nantinya. Kita ibaratkan seperti sekumpulan buah apel; satu buah yang busuk dapat mempengaruhi apel-apel yang lainnya. Jika kita mencoba berniat melihat konten yang tidak bermutu atau bahkan merugikan,maka hal itu dapat menjadi dampak buruk bagi hidup kita ke depannya.

Tetapi, jika kita mampu untuk memilah dan memanfaatkan platform tersebut dengan sebaik-baiknya, maka akan dipastikan kita bisa hidup berdampingan dengan teknologi. Misi ByteDance membuat TikTok untuk menginspirasi kreativitas dan membawa kebahagiaan bagi setiap orang. Banyak orang berusaha untuk mengejar kategori “populer” yang memerlukan banyak pengorbanan baik waktu, harta, maupun materi.

Iya, ada sebagian orang yang berhasil dengan kreativitas, strategi, dukungan, bahkan kecukupan ekonominya. Bagaimana dengan yang lainnya, yang kadang merawat diri saja susah? Sebaliknya, kita coba saja ambil jalan alternatif dalam memanfaatkan teknologi tersebut, seperti menjadikannya sebagai “cermin” yang mampu mengoptimalkan lingkungan kita.

Cermin yang saya maksud untuk melihat kembali diri kita sendiri ke tingkat yang lebih dalam, menggunakan teknologi sebagai alat mengembangkan potensi kita. Misalnya, Anda bisa mengatur algoritma Anda menjadi beranda pembelajaran. Atau, buatlah beranda Anda menjadi jalan mencari cuan. ATM –amati, tiru, modifikasi; lihatlah cara kerja orang-orang menjadi sosok yang hebat, Anda bisa melakukannya juga.

Jika beruntung, popularitas itu sendiri akan datang kepada Anda, kemudian inspirasi kembali orang-orang yang berada di titik awal yang sama dengan Anda. Seperti itulah gambaran cara kerja dari algoritma yang tertanam di berbagai platform media sosial yang kita miliki. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk meningkatkan literasi digital, mempersiapkan diri dengan keterampilan yang dibutuhkan, dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *